Kamis, 26 Desember 2013

Surat Yang Tak Pernah Sampai


Tentang surat-suratku yang tak pernah sampai,itu karena simpul-simpul aksara yang kutulis membuat lisanku bisu untuk mengisyaratkan.

Tahukah kamu Tuan?Jika aku harus memacu adrenalin untuk bisa merangkai fragmen demi fragmen yang bermain dalam pikiranku,hanya untuk sekedar menulis satu paragraf saja.Agar kamu tahu,jika sebenarnya aku sedang berbicara padamu lewat aksara,lalu memelukmu dalam doa karena terlalu merindu.

Terkadang aku sangat membenci.Lalu,memaki-maki kebodohanku sendiri,dan itu semua begitu menyiksa Tuan!

Ruang-ruang yang kau sebut dengan keabadian itu sisanya fana.Yang kutemukan hanya ruang kosong tanpa nyawa.

Langkah kakiku seperti kehilangan jejak,bahkan sudah seperti tak mengenalimu lagi Tuan!Tuanku seperti mahluk asing yang membuat lisanku takut berucap.

Tatapan kosong,dingin,lagi penuh rahasia.Membuat denyut alami berdetak tanpa kendali.Rasanya ingin berhenti sampai disini,lalu membiarkan semuanya lenyap tanpa sisa.

Aku sudah bosan diam.Ada isyarat yang tak pernah bisa kamu dengar,karena telingamu tuli untuk mendengar.Matamu buta untuk melihat.Kepekaanmu bahkan tidak bisa merasa.

Tuan,gengam jantungku dan hitung denyutnya,seperti itulah aku merindukanmu.

Seperti sudah tak kenal batas,karena tak bisa menemukan tepi.Tepi yang membuat logikaku sadar,jika anomali ini nyaris melewati batasnya.

Khazanah cinta yang kita sebut dengan “keabadian”.Semuanya temporer,hanya sementara karena perubahan itu “abadi”.

Aku ingin berhenti untuk jatuh hati sampai berkali-kali padamu.Menyesali magis yang membuatku berkali-kali memuntahkan sabda padamu.

Aku ingin kembali ke tempatku,tepat dibelakang sana.Tempat yang membuatku tidak akan pernah menolehkan lagi pandangannya tepat kearahmu.

Hanya ingin menikmati apa yang kusanggupi.Lalu,mengakhiri semuanya,seperti coretan penaku yang ingin mengakhiri surat ini,meski suratku ini tak akan pernah sampai.


_Nining Marhani_