Ketika kita menjadi begitu selektif karena terlalu takut
salah memilih,ataukah mungkin terlalu mempertahankan prinsip?Sampai-sampai mata
tak bisa lagi melihat dengan hati karena terlalu takut jika,terlalu banyak
presfektif.Bahkan,saking bodohnya terkadang manusia selalu mempertahankan
kebodohannya sendiri untuk melepaskan sesuatu yang sebenarnya sudah tepat untuk
dirinya.Mungkin karena terlalu sibuk mencari kesempurnaan,meski saya sendiri
sebenarnya tahu jika kesempurnaan itu “fana”.Semuanya hanya butuh penyesuaian.Bukan
menuntut semuanya harus menjadi sama,meski itu berbeda.
Menyia-nyiakan hal yang sebenarnya memang sudah “tepat”,lalu
meraung-raung untuk sesuatu yang “tidak pernah ada”.Bahkan,sesuatu yang kamu
harapkan itu tidak pernah menoleh kebelakang.Untuk sekedar tahu tentang
bagaimana rasanya menunggu dan bertahan sendirian?Terlalu naif dan terlalu
memaksa diri untuk menjadi pemuja “kesetiaan”,meski setelah itu sebenarnya
dalam hatimu menjerit sejadi-jadinya.Lalu,setelah dia benar-benar pergi.Sesuatu
yang kamu harapkan itu tetap tidak pernah menolehkan sedikitpun pandangannya
tepat ke arahmu.Kamu kemudian menyesali,lalu berteriak sejadi-jadinya.Memintanya
untuk pulang kembali.
Ada hal yang rasanya seperti “hilang”.Semuanya baru kamu
sadari,setelah langkah kaki kepergiannya sudah tak berjejak dan meninggalkan
sisa.Lalu,sesekali kamu hanya bisa menertawakan kebodohanmu sendiri.Menjadikan
tiap momen,jam,detik ketika masih bersamanya menjadi bayangan cermin yang tak
pernah bergerak lagi.Ada banyak waktu yang ia sia-siakan untuk mencintai orang
seperti dirimu,dan bukan dengan hal lain yang menanti untuk dilirik pada detik
berikutnya,tapi kamu melewatkannya.Melewatkan hal yang tak semestinya dilewatkan.Hingga
akhirnya ketika semuanya sudah terlambat.Ada hal yang membuat saya menyadarinya,bahwa
hal yang terkadang selalu salah dari
kita adalah karena kebiasaan kita yang terlalu sibuk mencari apa yang kita inginkan,tapi kemudian lupa mencari tentang apa yang sebenarnya benar-benar kita butuhkan.
_Nining Marhani_