Senin, 06 Mei 2013

Darah Sebagai Sistem Pengangkut
Darah dianggap sebagai jaringan khusus yang menjalani sirkulasi, terdiri dari sel-sel yang terendam dalam plasma darah. Berbeda dengan jaringan yang lain, sel-selnya tidak menempati ruang tetap satu dengan yang lain, tetapi bergerak terus dari satu tempat ke tempat yang lain. Aliran darah dalam seluruh tubuh menjamin lingkungan yang tetap, agar semua sel serta jaringan mampu melaksanakan fungsinya.
Jadi, fungsi utama darah adalah mempertahankan homeostasis. Berbagai bentuk darah berasal dari sel induk (stem cells) dalam sumsum tulang dan memasuki aliran darah memenuhi kebutuhan tertentu pada hewan.


` Secara umum, voume total darah mamalia umumnya berkisar 7 sampai 8 persen berat badan. Bahan antar sel atau plasma darah, berkisar antara 45 sampai 65% dari seluruh isi darah, sedangkan sisanya 35 sampai55% diisi sel darah atau benda darah.
Sel darah terdiri dari tiga macam: sel darah merah (erythrocyte), sel darah putih (leukocyte) dan kepingan darah (thrombocytes atau platelets). Warna merah dari darah segar disebabkan adanya haemoglobin dalam sel darah merah. Sel eritrosit segar tampak kuning, juga disebut sel darah putih, karena kumpulan leukosit beraspek putih. Meskipun demikian, sel-sel leukosit yang terpisah dalam darah segar tidak berwarna. Bila darah disentrifusi, sel darah merah, karena beratnya, ada di lapisan paling bawah, sedangkan leukosit ada di lapisan puncak dan trombosit ada di paling atas menutupi lapisan leukosit.
Struktur sel darah dipelajari menurut berbagai metode, tetapi yang paling lazim adalah dengan metode sediaan ulas kering yang diwarnai. Cara ini diperoleh dengan mengulas tetesan darah segar pada permukaan kaca sediaan bersih, dikeringkan pada udara dan kemudian diwarnai dengan salah satu metode Romanowsky. Pewarna ini bersifat polikromotik, karena merupakan campuran dari biru metilen dan eosin, sehingga berbagai bentuk serta komponen sel bereaksi dengan zat warna menghasilkan efek pewarnaan diferensial. Karena metode Wright adalah salah satu dari teknik Romanowsky, semua ulasan tentang struktur sel didasarkan pada penampilan sel setelah diwarnai.

Eritrosit
Bentuk. Eritrosit mamalia dewasa tidak berinti, berbentuk cawan bikonkaf. Ukuran serta kedalaman bentuk konkaf berbeda untuk setiap jenis. Pada anjing, sapi dan domba, bentuk konkaf sedang, tetapi pada kuda dan kucing bentuk konkafnya agak datar. Pada babi dan kambing, eritrosit berbentuk cawan datar. Bentuk eritrosit dipertahankan oleh sejenis protein kontraktil, dekat plasmalema dan terkait membentuk inti selaput utuh yang disebut spektrin. Kelembutan serta plastisitas disebabkan oleh matriks koloid yang memungkinkan perubahan bentuk selama ada dalam pembuluh darah sampai yang paling kecil (kapiler) tanpa menyebabkan robek atau pecahnya membran plasma.
Bila setetes darah segar ditaruh pada kaca sediaan, permukaan sel akan saling melekat sehingga merupakan tumpukan uang logam yang dalam bahasa Prancis disebut rouleux (baca: rulo). Keadaan semacam ini sering terjadi pada eritrosit kuda dan kucing, dapat pula terjadi pada anjing dan babi, tetapi jarang pada ruminansia.
UKURAN. Pada hewan peliharaan, ukuran eritrosit terbesar pada anjing (7,0 µm) dan terkecil pada kambing (4,1 µm). Jumlah sel darah merah, yang dinyatakan dalam 1 mm3 darah, merefleksikan perbedaan ukurannya. Misalnya pada anjing, jumlah eritrosit berkisar 7 juta/mm3, sedangkan pada kambing 14 juta/mm3. Dengan kata lain, jenis hewan yang memiliki eritrosit kecil, jumlahnya lebih tinggi, sebaliknya yang ukurannya lebih besar jumlahnya akan lebih rendah, untuk unit volume tertentu. Faktanya, jumlah eritrosit berbeda tidak hanya untuk setiap jenis saja. Perbedaan trah (breed), kondisi nutrisi, aktivitas fisik, dan umur dapat memberikan perbedaan dalam jumlah eritrosit.
STRUKTUR dan komposisi. Eritrosit dewasa tidak memiliki inti (nukleus), apparatus golgi, sentriol, dan sebagian besar mitokondria lenyap selama proses pemasakan berlangsung sebelum masuk ke dalam aliran darah. Karenanya eritrosit dewasa tidak mampu melakukan sintesis protein dan enzim yang ada justru dibentuk pada waktu sel masih memiliki inti. Mereka tergantung pada glikolisis anaerobik untuk energi, agar mampu mempertahankan hemoglobin dalam keadaan reduksi.
Membran plasma mampu menghalangi keluarnya materi koloid dan memelihara sifat permeabel yang selektif untuk unsur ion-ion kalium dan natrium. Sekitar 60 % volume eritrosit terdiri dari air, dan sisanya 40 % terdiri dari konjugasi protein yang berbentuk globin dan hem (heme). Pigmen yang merupakan 4 % dari konjugasi protein disebut hemoglobin. Pigmen ini memberikan warna merah pada darah segar.
Struktur molekul yang kompleks tidak hanya menentukan bentuk eritrosit, tetapi juga fisiologis dasar yang dimilikinya. Membran plasma bersifat permeabel terhadap air, elektrolit, dan beberapa polisakarida, tetapi tidak untuk hemoglobin. Karenanya osmoralitas eritrosit ditentukan oleh hemoglobin. Osmoralitas plasma darah sama dengan eritrosit, maka eritrosit dan plasma darah bersifat isotonik satu sama lain. Jadi bila eritrosit dimasukkan dalam cairan dengan osmoralitas lebih rendah dari plasma darah (hypotonic), eritrosit akan menggembung karena menyerap air.
Bila berlangsung melewati ambang batas kekuatan, darahakan pecah. Peristiwa ini disebut hemolisis. Sebaliknya bila eritrosit ada dalam cairan osmolaritas lebih besar dari plasma darah (hipertonik), bentuknya akan mengeriput karena air ditarik keluar. Bentuknya selain mengecil juga tepinya bergerigi (crenated). Kasus kesalahan teknik ulas darah sering memberikan gambaran tersebut di atas.
Secara normal, jangka hidup eritrosit berkisar antara 120 hari, setelah jangka hidupnya habis, akan rusak dan dikeluarkan dari peredaran darah. Eritrosit tua bisanya hancur dalam limpa, sumsum tulang dan hati. Di sini akan pecah dan fragmen aka difagositose oleh sel RES (phagocytes). Zat besi dari hemoglobin dirombak dan digunakan kembali untuk membentuk eritrosit baru. Gugus porfirin dari pigmen hemoglobin akan diolah menjadi bilirubin, yaitu suatu pigmen empedu.
FUNGSI. Sel-sel jaringan tubuh sangat tergantung pada eritrosit untuk memperoleh suplai oksigen. Bentuk eritosit dewasa tanpa inti, bentuk khusus dan kandungan hemoglobin memungkinkan eritrosit menyerap serta mengangkut oksigen secara efisien. Hemoglobin berkemampuan mengikat oksigen secara maksimal, setelah darah kembali dari paru-paru dan disebut oksihemoglobin (oxyhemoglobin). Setelah oksigen dilepas untuk metabolisme sel-sel jaringan tubuh, hemoglobin kembali dalam keadaan reduksi.
BENTUK Eritrosit abnormal. Pengujian seksama dari sediaan ulas darah untuk meneliti perubahan bentuk, ukuran dan warna sangat penting bagi pengelola klinik hewan. Pada beberapa penyakit sering ditandai adanya perubahan bentuk serta ukuran eritrosit dari darah perifer. Keadaan ini disebut anisositosis. Ukuran eritrosit yang terlalu besar disebut makrosit dan yang terlalu kecil disebut mikrosit. Terminologi ini dipakai dalam klasifikasi anemia, suatu gangguan darah di mana kandungan hemoglobin di bawah normal.
Kelainan dalam struktur hemoglobin menyebabkan bentuk eritrosit menjadi kacau. Bentuk abnormal pada eritrosit disebut poikilosit (poikilocytes) dan bentuknya dapat berupa sabit, lonjong, bola dan sebagainya.
Eritrosit normal dengan pewarna Wright, berwarna merah bata, berbentuk bulat dan ditengah beraspek cerah. Warna dan aspek cerah di tengah dapat berubah oleh kandungan hemoglobin dan mencerminkan adanya kehilangan darah atau produksi yang berlebihan, kesalahan dalam sintesis hemoglobin, atau destruksi eritrosit.
Eritrosit muda yang telah masuk ke dalam aliran darah, warnanya seperti lumpur, karena hemoglobin memiliki afinitas terhadap zat warna asam, sedangkan sisa RNA bersifat basofil. Bila eritrosit ini diwarnai dengan pewarna supravital, seperti biru metilen baru (basic blue 24), sisa ribosom tampak sebagai benang biru, karenanya disebut retikulosit. Harus dipahami bahwa jalinan ini hanya tampak dengan pewarna supravital, sedangkan dengan pewarna darah biasa, dikenal sebagai diffusely basophilic cells atau makrosit polikromatofil.
Suatu kenyataan bahwa retikulosit lazimnya tidak tampak pada darah sapi, domba, kambing dan kuda yang sehat menunjukkan bahwa sel-sel tersebut mampu berkembang sampai dewasa dalam sumsum tulang. Agak berbeda bahwa darah pada anjing dan kucing sehat mengandung 0,5 sampai 1% retikulosit, bahkan pada babi dapat mencapai 2 %.
SISA INTI. Sisa inti (nuclear remnant) tidak jarang dijumpai pada eritrosit dalam aliran darah. Fragmen kecil berwarna biru dapat berbentuk butir (diameter 1µm), disebut Badan Howell-Jolly (H-J), atau berupa benang biru berbentuk cincin, disebut cincin Cabot (cabot ring). Cincin Cabot diduga hasil mitosis yang tidak sempurna, dimana sisa kromosom lepas, dan tidak menjadi bagian dari inti pada tahap yang akan datang. Biasanya Badan Howell-Jolly tampak bila proses eritrogenesis meningkat.
Disalin dari “buku Teks Histologi Veteriner” Edisi Ketiga
Karya Dellmann dan Brown

 sumber :Akuakultur Unhas

Tidak ada komentar:

Posting Komentar